Khazanahalquran.com – Dunia ini bagaikan pasar.
Setiap orang yang datang kesana sedang mencari satu barang yang sama.
Barang yang langka, yaitu kebahagiaan.
Setiap orang ingin mencari kebahagiaan, semua manusia ingin terlepas
dari kerugiaan dan kesengsaraan. Namun, dimanakah letak kebahagiaan itu?
Bagaimana cara mendapatkannya?
Kebahagiaan Semu
Semua orang ingin hidup bahagia, tenang, tentram dan damai. Tapi
setiap kepala memiliki arti yang berbeda tentang kata “bahagia”. Setiap
orang punya cara masing-masing untuk meraih “kebahagiaan” itu.
Ada yang melihat harta sebagai sumber kebahagiaan. Orang kaya pasti
bahagia, orang miskin pasti sengsara. Orang seperti ini akan
menghabiskan umurnya untuk mencari harta hingga ajalnya tiba.
Ada yang memandang kedudukan dan jabatan sebagai puncak kebahagiaan.
Ia akan menghalalkan segala cara untuk sampai pada kursi kekuasaan.
Lihatlah bagaimana Namrud dan Fir’aun yang melakukan segala cara untuk
mempertahankan kekuasaannya.
Ada yang menganggap wajah cantik, terkenal dan memiliki banyak fans
adalah kebahagiaan tertinggi. Tapi coba perhatikan, apakah seseorang
akan puas ketika mendapat semua itu? Apakah ia benar-benar mendapat
kebahagiaan?
Semua orang akan mengalami hal yang sama. Ketika bahagia diartikan
sebagai harta yang melimpah, kita akan berusaha mengejarnya hingga
dapat. Namun ketika sudah dapat, entah kenapa kebahagiaan itu meloncat
kepada hal yang lain. Harta yang kita miliki menjadi hal yang biasa dan
kita ingin kebahagiaan yang lain.
Sejak lahir manusia mencari kebahagiaan namun hingga kematian datang,
ia tak kunjung menemukannya. Sampai seorang ilmuwan barat menganggap
kebahagiaan adalah khayalan dan orang paling sengsara adalah yang
mencari kebahagiaan karena mustahil ia akan menemukannya.
Lalu, apakah mungkin kita akan menemukan kebahagiaan?
Apakah Bahagia itu berarti mewujudkan seluruh keinginan?
Sebagian orang memaknai kebahagiaan adalah Mewujudkan seluruh keinginan dan angan-angan. Tentu inilah yang disebut khayalan yang tak akan pernah terwujud. Karena angan-angan manusia tak akan pernah habis.
Bukankan Rasul pernah bersabda, “Jika anak Adam memiliki satu
gunung emas, ia ingin memiliki dua. Ketika memiliki dua ingin memiliki
tiga, hingga seterusnya dan anak Adam tidak akan kenyang kecuali ia
telah (kembali) ke tanah”
Karena dunia memang bukan tempat untuk mewujudkan semua keinginan.
Dunia adalah tempat ujian yang menentukan nasib di kehidupan yang abadi
nanti. Mungkin kita bertanya-tanya, mengapa “kebahagiaan” yang kita
kejar selalu menghilang ketika kita mendapatkan apa yang diinginkan?
Dimana sebenarnya kebahagiaan itu?
Asal Usul Manusia
Sebelum mencari letak kebahagiaan, kita harus mengingat terlebih
dahulu bagaimana kita diciptakan. Bagaimana asal-usul manusia? Manusia
tercipta dari dua unsur. Ada unsur materi yang berupa jasad dan unsur
non-materi yang berupa ruh. Keduanya ada dalam diri manusia.
Kebahagiaan akan tumbuh ketika kita men-serasikan antara
keinginan jasad dan keinginan ruh. Jasad membutuhkan makanan, jika kita
memberinya dengan cara yang halal maka kebutuhan jasad akan serasi
dengan keinginan ruh. Percikan kebahagiaan dan ketenangan akan muncul.
Namun jika jasad diberi makanan dari hasil yang haram, ruh akan
meronta dan terjadilah gesekan dalam diri manusia. Hasilnya akan tumbuh
kegelisahan dan kesengsaraan. Kenikmatan makanan hanya terasa singkat
dan akan berujung pada kesedihan. Mengapa demikian?
Karena dalam diri manusia ada Mahkamah yang selalu menghakimi
kesalahan diri sendiri. Mahkamah itu ada di dalam hati yang selalu
berontak jika kita melakukan hal yang bertentangan dengan keinginannya.
لَا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ – وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ
“Aku bersumpah dengan hari Kiamat, dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri).” (Al-Qiyamah 1-2)
Allah menggandengkan Mahkamah Allah dengan Mahkamah Hati yang selalu
menegur pemiliknya. Kebahagiaan tidak akan didapat jika kita hanya fokus
untuk memuaskan jasad tanpa peduli dengan keinginan hati.
sumber artikel: http://khazanahalquran.com/dimanakah-letak-kebahagiaan.html
0 komentar:
Posting Komentar