Kunci Meraih Kebahagiaan Hidup yang Hakiki
Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah
yang telah menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji umat
manusia, siapa di antara mereka yang terbaik amalnya. Shalawat dan salam
semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Setiap kita ingin bahagia. Tak ada yang
ingin sengsara, baik di dunia maupun di akhirat. Namun, kenyataannya
tidak semua dari kita bisa bahagia dalam hidupnya. Apa kunci dan resep
supaya kita benar-benar menjadi orang yang bahagia? Inilah yang ingin
kami hadiahkan kepada pembaca setia voa-islam.com, agar bisa sama-sama
merasakan kebahagiaan dalam hidup ini.
Sesungguhnya kebahagiaan hidup dalam
pandangan Islam tidak berkutat pada sisi materi saja. Walaupun Islam
mengakui kalau materi menjadi bagian dari unsur kebahagiaan itu sendiri.
Di mana dalam pandangan Islam, masalah materi hanya sebagai sarana
saja, bukan tujuan. Oleh karenanya, Islam memberikan perhatian sangat
besar pada unsur ma'nawi seperti memiliki iman dan budi pekerti yang
luhur sebagai cara mendapatkan kebahagiaan hidup. Hal telah ditunjukkan
oleh beberapa nash syar'i, seperti firman Allah:
وَالْأَنْعَامَ
خَلَقَهَا لَكُمْ فِيهَا دِفْءٌ وَمَنَافِعُ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ
وَلَكُمْ فِيهَا جَمَالٌ حِينَ تُرِيحُونَ وَحِينَ تَسْرَحُونَ
"Dan Dia telah menciptakan binatang
ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan
berbagai-bagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan. Dan kamu memperoleh
pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang
dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan." (QS. An-Nakhl: 5-6)
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ
"Katakanlah: "Siapakah yang
mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk
hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" (QS. Al-A'raf: 32)
Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Di antara unsur kebahagiaan anak Adam adalah istri shalihah, tempat tinggal luas, dan tunggangan yang nyaman." (HR. Ahmad)
Kebahagiaan dunia
Islam telah menetapkan beberapa hukum
dan beberapa kriteria yang mengarahkan manusia untuk mencapai
kebahagiaan hidupnya di dunia. Hanya saja Islam menekankan bahwa
kehidupan dunia, tidak lain, hanyalah jalan menuju akhirat. Sedangkan
kehidupan sebenarnya yang harus dia upayakan adalah kehidupan akhirat.
Allah Ta'ala berfirman,
مَنْ
عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ
فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ
بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Barang siapa yang mengerjakan amal
saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An-Nahl: 97)
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
"Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi." (QS. Al-Qashshash: 77)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang ayat ini, {Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat}
maksudnya, gunakan apa yang sudah allah berikan kepadamu dari harta
yang banyak ini dan nikmat yang berlimpah dalam ketaatan kepada Tuhanmu
dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan berbagai amal ibadah yang
dengannya engkau mendapatkan pahala di negeri akhirat. {dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi}
maksudnya, dari kenikmatan di dalamnya yang telah Dia halalkan untukmu
berupa makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan menikah. Karena
Rabbmu memiliki hak atasmu, begitu juga dirimu, keluargamu, tetanggamu
memiliki hak atasmu. Maka berikan hak untuk setiap pemiliknya."
Bahkan dibeberapa tempat Allah
menyatakan membeli kehidupan dunia seseorang yang akan dibayar dengan
kebahagiaan akhirat berupa surga. Contohnya dalam firman Allah,
إِنَّ
اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ
بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ
وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ
وَالْقُرْآَنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا
بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari
orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk
mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau
terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam
Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya
(selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah
kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar." (QS. Al-Taubah:
111)
Kebahagiaan akhirat
Kebahagiaan akhirat merupakan
kebahagiaan abadi yang kekal. Menjadi balasan atas keshalihan hamba
selama hidup di dunia. Allah berfirman,
الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلَامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
"(yaitu) orang-orang yang diwafatkan
dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada
mereka): "Salaamun`alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan
apa yang telah kamu kerjakan"." (QS. Al Nahl: 32)
لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَلَدَارُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ وَلَنِعْمَ دَارُ الْمُتَّقِينَ
"Orang-orang yang berbuat baik di
dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung
akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang
bertakwa." (QS. Al Nahl: 30)
Islam telah menetapkan tugas manusia di
bumi sebagai khalifah di dalamnya. Bertugas memakmurkan bumi dan
merealisasikan kebutuhan manusia yang ada di sana. Hanya saja dalam
pelaksanaannya senantiasa ada kesulitan, sehingga menuntutnya
bersungguh-sungguh dan bersabar. Hidup tidak hanya kemudahan sebagaimana
yang diinginkan dan diangankan orang. Bahkan dia selalu berganti dari
mudah ke sulit, dari sehat ke sakit, dari miskin ke kaya, atau
sebaliknya.
Ujian-ujian ini akan selalu mengisi
hidup manusia yang menuntunnya untuk bersabar, berkeinginan kuat,
bertekad tinggi, bertawakkal, berani, berkorban, dan berakhlak mulia
serta lainnya. Semua ini akan mendatangkan ketenangan, kebahagiaan,
kelapangan, dan ridla.
Allah Ta'ala berfirman,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأَمْوَالِ
وَالأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ إِذَا
أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ
رَاجِعُونَ أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ
وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
"Dan sungguh akan Kami berikan
cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" Mereka itulah
yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al Baqarah: 155-157)
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
عَجَبًا
لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ
لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ
خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
"Sungguh menakjubkan urusan seorang
mukmin. Seluruh urusannya bernilai baik. Jika mendapat kebaikan dia
bersyukur, dan itu baik untuknya. Dan jika tertimpa keburukan dia
bersabar, dan itu baik untuknya." (HR. Muslim)
Cara meraih kebahagiaan
Berikut ini poin-poin penting untuk
mencapai kebahagiaan hakiki, dunia dan akhirat, yang senantiasa
didambakan oleh setiap insan:
1. Beriman dan beramal shalih
Meraih kebahagiaan melalui iman ditinjau dari beberapa segi: Pertama,
Orang yang beriman kepada Allah Yang Esa, Yang tiada sekutu bagi-Nya,
-dengan iman yang sempurna, bersih dari kotoran dosa,- maka dia akan
merasakan ketenangan hati dan ketentraman jiwa. Dia tidak akan galau dan
penat dalam menghadapi ujian hidup, sebaliknya dia ridha terhadap
takdir Allah pada dirinya. Sehingga dia akan bersyukur terhadap kebaikan
dan bersabar atas bala'.
Ketundukan seorang mukmin kepada Allah
membimbing ruhaninya untuk lebih giat bekerja karena merasa hidupnya
memiliki makna dan tujuan yang berusaha diwujudkannya. Allah berfirman,
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
"Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampur adukkan iman mereka dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah
orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang
yang mendapat petunjuk." (QS. Al An'aam: 82)
Kedua, Iman
menjadikan seseorang memiliki pijakan hidup yang mendorongnya untuk
diwujudkan. Maka hidupnya akan memiliki nilai yang tinggi dan berharga
yang mendorongnya untuk beramal dan berjihad di jalan-Nya. Dengan itu,
dia akan meninggalkan gaya hidup egoistis yang sempit sehingga hidupnya
bermanfaat untuk masyarakat di mana dia tinggal.
Ketika seseorang bersifat egois maka
hari-harinya terasa sempit dan tujuan hidupnya terbatas. Namun ketika
hidupnya dengan memikirkan fungsinya, maka hidup nampak panjang dan
indah, dia akan merasakan hari-harinya penuh nilai.
Ketiga, Peran
iman bukan saja untuk mendapatkan kebahagiaan, namun juga sebagai sarana
untuk menghilangkan kesengsaraan. Hal itu karena seorang mukmin tahu
dia akan senantiasa diuji dalam hidupnya sebagai konsekuensi keimanan,
maka akan tumbuh dalam dirinya kekuatan sabar, semangat, percaya kepada
Allah, bertawakkal kepada-Nya, memohon perlindungan kepada-Nya, dan
takut kepada-Nya. Potensi-potensi ini termasuk sarana utama untuk
merealisasikan tujuan hidup yang mulia dan siap menghadapi ujian hidup.
Allah Ta'ala berfirman:
إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ
"Jika kamu menderita kesakitan, maka
sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu
menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka
harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. Al Nisaa': 104)
2. Memiliki akhlak mulia yang mendorong untuk berbuat baik kepada sesama
Manusia adalah makhluk sosial yang harus
melakukan interaksi dengan makhluk sebangsanya. Dia tidak mungkin hidup
sendiri tanpa memerlukan orang lain dalam memenuhi seluruh
kebutuhannya. Jika bersosialisasi dengan mereka merupakan satu
keharusan, sedangkan manusia memiliki tabiat dan pemikiran yang
bermacam-macam, maka mungkin sekali akan terjadi kesalahpahaman dan
kekhilafan yang membuatnya sedih. Jika tidak disikapi dengan bijak maka
interaksinya dengan manusia akan menjadi sebab kesengsaraan dan membawa
kesedihan dan kesusahan. Karena itulah, Islam memberikan perhatian besar
terhadap akhlak dan pembinaannya. Hal ini dapat kita saksikan dalam
beberapa ayat dan hadits berikut ini:
- Firman Allah dalam menyifati Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam,
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (QS. Al Qalam: 4)
فَبِمَا
رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ
الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ
لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ
"Maka disebabkan rahmat dari
Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu." (QS. Ali Imran: 159)
- Perintah Allah kepada kaum mukminin agar tolong menolong dalam kebaikan,
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran." (QS. Al Maidah: 2)
- Perintah Allah agar membalas keburukan orang dengan kebaikan,
وَلَا
تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا
ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
"Dan tidaklah sama kebaikan dan
kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka
tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah
telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan
yang besar." (QSl Fushshilat: 34-35)
- Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia."
- Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Perumpamaan
orang-orang yang beriman dalam hal kasih sayang, kecintaan dan
kelemah-lembutan diantara mereka adalah bagaikan satu tubuh, apabila ada
satu anggotanya yang sakit maka seluruh tubuh juga merasakan sakit dan
tidak bisa tidur." (Muttafaqun ‘Alaihi)
3. Memperbanyak dzikir dan merasa selalu disertai Allah
Sesungguhnya keridhaan hamba tergantung
pada tempat bergantungnya. Dan Allah adalah Dzat yang paling membuat
hati hamba tentram dan dada menjadi lapang dengan mengingat-Nya. Karena
kepada-Nya seorang mukmin meminta bantuan untuk mendapatkan kebutuhan
dan menghindarkan dari mara bahaya. Karena itulah, syariat mengajarkan
beberapa dzikir yang mengikat antara seorang mukmin dengan Allah Ta'ala
sesuai tempat dan waktu, yaitu ketika ada sesuatu yang diharapkan atau
ada sesuatu yang menghawatirkannya. Dzikir-dzikir tadi mengikat seorang
hamba dengan penciptanya sehingga dia akan mengembalikan semua akibat
kepada yang mentakdirkannya.
Berikut ini beberapa nash yang menunjukkan hubungan dzikir dengan kebahagiaan seorang hamba.
- Firman Allah Ta'ala:
الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
"(yaitu) orang-orang yang beriman
dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya
dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Al Ra'du: 28)
- Perintah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kepada seorang muslim ketika menikah.
اللَّهُمَّ
إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ وَأَعُوذُ
بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَمِنْ شَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ
"Ya Allah, aku memohon kebaikannya
dan kebaikan tabi'at yang dia bawa, dan aku berlindung dari keburukannya
dan keburukan tabi'at yang dia bawa." (HR. Abu Daud no 2160, Ibnu Majah no1918 dan al Hakim).
- Doa ketika terjadi angin ribut:
اَللَّهُمَّ
إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيْهَا وَخَيْرَ مَا
أُرْسِلْتَ بِهِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيْهَا
وَشَرِّ مَا أُرْسِلْتَ بِهِ
"Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon
kepadaMu kebaikan angin (ribut ini), kebaikan apa yang di dalamnya dan
kebaikan tujuan angin dihembuskan. Aku berlindung kepadaMu dari
kejahatan angin ini, kejahatan apa yang di dalamnya dan kejahatan tujuan
angin dihembuskan." (Muttafaq 'Alaih)
- Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
mewajibkan untuk melakukan sebab (usaha), minta tolong kepada Allah,
dan tidak sedih jika hasil yang diharapkan tidak terwujud. "Bersemangatlah
mencari yang bermanfaat bagimu, minta pertolongan kepada Allah, dan
jangan lemah. Jika engkau tertimpa musibah janganlah berkata:
‘Seandainya saya berbuat begini maka tentu tidak terjadi begitu.’ Namun
katakanlah: ‘Allah telah menakdirkan musibah ini. Apa yang Allah
kehendaki pasti terjadi’. Karena perkataan ‘Seandainya’ dapat membuka
perbuatan syetan." (HR. Muslim)
sumberartikel:http://www.voa-islam.com/read/tsaqofah/2011/09/23/16170/kunci-meraih-kebahagiaan-hidup-yang-hakiki/#sthash.AMdaIFlp.dpbs
0 komentar:
Posting Komentar